HUT SPSI ke 38 Thn ( 1973 ~ 2011 )
Jakarta – Sesuai dengan tema besar pada saat hari ulang tahun ke- 38 Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (K-SPSI) “Membangun Solidaritas Untuk Kemandirian Pekerja” merupakan suntikan semangat baru bagi para pekerja yang tergabung dalam K-SPSI. Dengan semangat baru ini diharapkan para pekerja lebih menunjukkan kemandiriannya, tidak mudah dipecah belah namun bersatu padu membesarkan organisasi SPSI kedepan.
Demikian diungkapkan Ketua Panitia Pelaksana HUT SPSI Ke-38, Andi Gani Nuwa Wea di hadapan anggota SPSI yang turut serta mengikuti perayaan ulang Tahun SPSI yang berlangsung di halaman kantor Pusat SPSI Jl. Raya Pasar Minggu, Minggu (20/2) pagi.
Diantara mereka yang hadir, kata Andi, adalah anggota SPSI dari PT Astra Internasional yang berjumlah 7000-an pekerja. Pihaknya telah memulai dengan transformasi organisasi SPSI yang modern dengan ditanda tanganinya Klikik Gratis pada tahun lalu. “SPSI adalah satu-satunya organisasi pekerja di Asia yang memiliki klinik gratis bagi pekerja,”kata Andi bersemangat.
Dan untuk tahun ini SPSI akan membangun 3 klinik gratis bekerjasama dengan PT Indika energy Tbk dan kedepannya 10 klinik gratis untuk sepuluh propinsi. “Tepat Ulang Tahun ke-38 hari ini SPSI melakukan MOU dengan PT. Carefour Indonesia untuk pemberdayaan Usaha Kecil dan Menengah,” jelas putera mantan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Yocob Nuwa Wea ini.
Dalam acara peringatan ulang tahun yang cukup meriah tersebut tampak hadir dan memberikan kata sambutan satu persatu yaitu: PJS Ketua Umum SPSI, Mathius Tambing, Direktur PT Jamsostek, Hotbonar Sinaga, Kepala BNP2TKI, Jumhur Hidayat dan Dirjen PHI Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Mira Hanartani yang mewakili Muhaimin Iskandar selaku Menteri Nakertrans yang berhalangan hadir.
Kehadiran para pejabat diatas tentu diharapkan memberikan semangat baru bagi para pekerja agar secara bertahap tapi pasti terus mengalami peningkatan kesejahteraanya. Sebab, bagaimanapun juga jumlah para pekerja di Indonesia menurut data BPS sampai Agustus 2010 yang dirilis (Detik.com 01/12/2010) tercatat berjumlah 108,21 juta. Dari jumlah tersebut, ternyata sebanyak 54,5 juta (50,38%) merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD) ke bawah.
Sementara itu jumlah pekerja dengan pendidikan tinggi di Indonesia masih sangat kecil, lulusan diploma hanya sekitar 3 juta orang atau 2,79%, dan pekerja dengan pendidikan sarjana hanya sebesar 5,2 juta atau 4,85%.
Lalu bila kita tengok dari sisi kegiatan, data BPS itu menyebutkan bahwa mayoritas atau 66,94% atau 72,4 juta orang pekerja di Indonesia cuma bekerja di sektor informal. Sementara sisanya 44,06% atau 35,8 juta orang bekerja di sektor formal.
Dari 108,2 juta orang yang bekerja pada Agustus 2010, status pekerjaan utama mereka yang terbanyak adalah sebagai buruh/karyawan sebesar 32,5 juta orang (30,05%), diikuti berusaha dibantu buruh tidak tetap sebesar 21,7 juta orang (20,04%), dan berusaha sendiri sejumlah 21 juta orang (19,44%), sedangkan yang terkecil adalah berusaha dibantu buruh tetap sebesar 3,3 juta orang (3,01%).
Dalam satu tahun terakhir (Agustus 2009 – Agustus 2010) terdapat penambahan pekerja dengan status buruh/karyawan sebesar 3,4 juta orang, dan pekerja keluarga sebesar 570 ribu orang. Sementara itu pada status pekerja bebas di pertanian terjadi penurunan sebesar 64 ribu orang.
Data-data BPS diatas belum termasuk berapa jumlah pekerja yang ada di luar negeri sebagai TKI/TKW baik yang di kawasan Asia maupun Timur Tengah. Jika saja pemerintah Indonesia peka(sensitive) terhadap nasib para pekerja ini maka program-program yang focus terhadap peningkatan kesejahteraan karyawan atau pekerja hendaknya menjadi program andalan dan unggulan di negeri ini.